29 Juli 2007
Orang Tionghoa ada Dimana-mana
Tontowy Djauhari Hamzah
(hamzah@dnet.net.id)
BEBERAPA hari yang lalu saya kedatangan dua orang tamu. Keduanya wanita. Yang pertama bernama Elsye. Dari logatnya saya bisa menduga, Elsye berasal dari Jawa. Yang kedua, bernama Cucu. Dari logatnya, saya menduga ia berasal dari daerah sunda. Dari warna kulit dan matanya, saya menduga Elsye adalah pribumi Jawa. Sedangkan Cucu, berasal dari etnis Tionghoa. Dugaan saya memang tidak meleset.
Sejak semula saya sudah menduga, kedatangan mereka berdua pasti ada hubungannya dengan kegiatan keagamaan. Saya sudah sering menerima tamu seperti Elsye dan Cucu. Dan saya selalu dengan senang hati menerima kedatangan mereka. Ketika itu, setelah mempersilakan Elsye dan Cucu memasuki ruang tamu, saya langsung membuka pembicaraan, "…anda dari advent…?"
"Bukan, kami dari sekte Saksi Yehova…" jawab Cucu dengan santun.
Cucu hanyalah salah satu saja dari etnis Tionghoa yang pernah mengunjungi saya dalam rangka keagamaan. Sebelumnya, saya pernah kedatangan wanita seperti Cucu (etnis Tionghoa) dari sekte Advent, dan berbagai sekte lainnya. Saya senang berdiskusi dengan mereka. Isteri saya yang keheranan pernah bertanya, "…mengapa sih Abang sering kedatangan tamu seperti itu…?" Saya cuma tertawa kecil sambil menjawab, "…mungkin karena wajah Abang yang tidak Islami…" jawab saya sekenanya.
Dari situ saya berkesimpulan, bahwa etnis Tionghoa ada di mana-mana. Ada di setiap agama: Islam, Hindu, Budha, Konghucu, Katholik, Protestan, dan berbagai sekte Kristen lainnya. Bahkan yang agnostik dan atheis pun terwakili. Oleh karena itu, saya berpendapat, memahami etnis Tionghoa sama kompleksnya memahami ke-Bhineka-an yang inherent di dalam tubuh bangsa Indonesia.
Ada satu hal yang mengagumkan dari Cucu. Ternyata ia masih single. Gadis kelahiran Tasikmalaya pada tahun 1960 ini, menghabiskan sebagian besar waktunya untuk kegiatan keagamaan. "…Kami cuma sekedar menyampaikan kabar gembira, bukan memaksa orang untuk pindah agama…" kata Cucu ketika itu.
Cucu dan Elsye yang berkantor di jalan Tebet Barat IV-D no. 1-B itu, kemudian mohon pamit, setelah menuntaskan teh hangat yang dihidangkan isteri saya. Setelah lebih satu jam kami berbincang-bincang, saya memperoleh pengetahuan yang sangat berarti. Bahwa, sekte Saksi Yehova sebagaimana dijelaskan Cucu memang berbeda dengan sekte Protestan maupun Katholik yang pernah saya kenal.
Sebagaimana dijelaskan Cucu, sekte Saksi Yehova punya kesamaan dengan Islam, bahwa Yesus (atau Nabi Isa) itu hanyalah seorang utusan belaka, bukan Tuhan. Dan Tuhan punya nama, yaitu Yehova. Sekte ini juga mengakui Kitab Taurat. Ketika Elsye dan Cucu mulai menjauh, saya berdoa, semoga Cucu yang manis dan lembut itu segera mendapat jodoh. Tentu saja isteri saya tidak mendengar doa saya untuk Cucu, karena dilakukan dalam hati…
Diposting pada 20 Februari 2000
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
saya penasaran dan ingin tahu kapan dan bagaimana persisnya etnis Tionghoa masuk di kota Salatiga serta bagaimana interaksi antara etnis Tionghoa dengan pribumi Salatiga sendiri. bila ada yang berkenan membantu saya dengan memberi pencerahan saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarlah :-)
Posting Komentar