Seorang murid lain Konghucu yang bernama Dz Lu, suatu ketika melihat seorang hanyut di sungai dan menolongnya. Belakangan, orang tersebut memberi Dz Lu
seekor kerbau sebagai tanda terima kasih. Dz Lu menerima hadiah itu.
Konghucu sangat senang melihat tindakan Dz Lu dan berkata : "Di masa yang akan datang, rakyat kerajaan Lu akan banyak yang menolong orang yang hanyut di sungai daripada menolong orang yang dalam kesusahan".
Menurut pandangan orang awam, pasti menilai bahwa Dz Gong yang tidak menerima hadiah uang adalah baik, Dz Lu yang menerima hadiah kerbau adalah tidak baik. Siapa yang mengetahui bahwa Konghucu malah memuji Dz Lu dan memarahi Dz Gong? Dari ini, kita dapat melihat bahwa orang yang akan berbuat
baik janganlah hanya melihat pengaruh masa sekarang saja.... Tetapi juga
mempertimbangkan pengaruhnya untuk jangka panjang.
Seseorang berbuat baik janganlah hanya melihat untung dan rugi bagi dirinya...tetapi lihatlah dampaknya bagi publik, dampak yang positif atau negatif.
Apa yang kita buat sekarang mungkin baik......tetapi untuk masa yang akan datang mungkin akan mencelakakan/merugikan orang.
Karena itu, apa yang kelihatan baik mungkin sebenarnya adalah lawannya dan yang lawan ini suatu ketika mungkin menjadi baik.
Ada banyak hal yang selalu dibuat orang, tetapi kadangkala terbukti bahwa hal tersebut akan lebih baik dibiarkan saja, jangan dilakukan. :Memaafkan" adalah sebuah sikap kebajikan, tetapi tidak bisa dilaksanakan tanpa suatu alasan dan kebijaksanaan. Bila kita dengan mudah memaafkan seorang kriminal dan melepaskannya sebelum dia sadar akan kejahatannya dan mengubah diri.
Kita akan memberikan sebuah ancaman bagi masyarakat, menyebabkan lebih banyak bahaya daripada kebaikan. Dalam hal ini "memaafkan" adalah tidak cocok, orang itu lebih baik dibiarkan tetap dipenjara, sehingga tidak menimbulkan keresahan masyarakat lingkungannya.
Contoh lain "memuji" orang adalah suatu sikap baik, tetapi bila terlalu berlebihan, akan membuat mereka menjadi sombong dan angkuh. "Memegang janji" adalah sikap baik, tetapi bila karena memegang janji secara membabi buta, sehingga menyebabkan bencana besar, karena itu haruslah mempertimbangkan dengan baik dan pikiran yang tenang.
"Kasih sayang" adalah karakter baik, tetapi jikalau karena kasih sayang, sehingga membiarkan orang berbuat seenaknya, kasih sayang kita telah mencelakakan dia, kita membuatnya berani dan bertindak sewenang-wenang, mengakibatkan kekacauan dan bencana yang lebih besar kelak. Ini bukanlah "kasih sayang".
Dahulu ada seorang laki-laki dihukum mati karena merampok dan membunuh, saat detik-detik terakhir ditanya apa permintaan terakhirnya? Dia menjawab bahwa ingin bertemu dengan ibunya. Saat ibunya datang, menangis tersedu-sedu dan memeluknya, tahu-tahu dia menggigit kuping ibunya sampai putus dan berkata :
"Sekarang saya dihukum mati karena kesalahan ibu, semasa kecil bila saya mengambil barang-barang kecil teman dan berbuat kesalahan, ibu tidak menegur bahwa itu adalah salah dan tidak melarang saya, sehingga menjadi kebiasaan saya dan makin lama makin menjadi, sehingga jadi perampok ulung dan pembunuh".
Ibunya sangat menyesal dan menangis terisak-isak. Akan tetapi sesal kemudian tidak ada gunanya.
Hati-hatilah, jangan sampai "kasih sayang" malah mencelakai orang yang kita sayangi. Orang tualah yang bertanggung jawab berat atas segala perbuatan baik/buruk anak. Orang tua juga yang akan menerima pahala atas perbuatan baik anak dan menanggung dosa yang dibuat anak.
Demikian juga halnya bagi seorang raja/pimpinan negara, haruslah berperan sebagai seorang pemimpin, orang tua, guru bagi rakyat, sehingga dia harus memikul tanggung jawab yang sangat berat atas segala perbuatan baik dan tidak baik rakyat. Bila seluruh rakyat berbuat kebajikan, maka kebajikan ini adalah karena jasa raja/pimpinan negara dapat memimpin dengan baik, maka pahala raja/pimpinan negara tersebut adalah luar biasa. Akan tetapi bila rakyat berbuat kejahatan, maka dosa yang harus ditanggung raja/pimpinan negara adalah lebih dalam dari lautan.
Oleh : Hengky Suryadi
Message #20034
seekor kerbau sebagai tanda terima kasih. Dz Lu menerima hadiah itu.
Konghucu sangat senang melihat tindakan Dz Lu dan berkata : "Di masa yang akan datang, rakyat kerajaan Lu akan banyak yang menolong orang yang hanyut di sungai daripada menolong orang yang dalam kesusahan".
Menurut pandangan orang awam, pasti menilai bahwa Dz Gong yang tidak menerima hadiah uang adalah baik, Dz Lu yang menerima hadiah kerbau adalah tidak baik. Siapa yang mengetahui bahwa Konghucu malah memuji Dz Lu dan memarahi Dz Gong? Dari ini, kita dapat melihat bahwa orang yang akan berbuat
baik janganlah hanya melihat pengaruh masa sekarang saja.... Tetapi juga
mempertimbangkan pengaruhnya untuk jangka panjang.
Seseorang berbuat baik janganlah hanya melihat untung dan rugi bagi dirinya...tetapi lihatlah dampaknya bagi publik, dampak yang positif atau negatif.
Apa yang kita buat sekarang mungkin baik......tetapi untuk masa yang akan datang mungkin akan mencelakakan/merugikan orang.
Karena itu, apa yang kelihatan baik mungkin sebenarnya adalah lawannya dan yang lawan ini suatu ketika mungkin menjadi baik.
Ada banyak hal yang selalu dibuat orang, tetapi kadangkala terbukti bahwa hal tersebut akan lebih baik dibiarkan saja, jangan dilakukan. :Memaafkan" adalah sebuah sikap kebajikan, tetapi tidak bisa dilaksanakan tanpa suatu alasan dan kebijaksanaan. Bila kita dengan mudah memaafkan seorang kriminal dan melepaskannya sebelum dia sadar akan kejahatannya dan mengubah diri.
Kita akan memberikan sebuah ancaman bagi masyarakat, menyebabkan lebih banyak bahaya daripada kebaikan. Dalam hal ini "memaafkan" adalah tidak cocok, orang itu lebih baik dibiarkan tetap dipenjara, sehingga tidak menimbulkan keresahan masyarakat lingkungannya.
Contoh lain "memuji" orang adalah suatu sikap baik, tetapi bila terlalu berlebihan, akan membuat mereka menjadi sombong dan angkuh. "Memegang janji" adalah sikap baik, tetapi bila karena memegang janji secara membabi buta, sehingga menyebabkan bencana besar, karena itu haruslah mempertimbangkan dengan baik dan pikiran yang tenang.
"Kasih sayang" adalah karakter baik, tetapi jikalau karena kasih sayang, sehingga membiarkan orang berbuat seenaknya, kasih sayang kita telah mencelakakan dia, kita membuatnya berani dan bertindak sewenang-wenang, mengakibatkan kekacauan dan bencana yang lebih besar kelak. Ini bukanlah "kasih sayang".
Dahulu ada seorang laki-laki dihukum mati karena merampok dan membunuh, saat detik-detik terakhir ditanya apa permintaan terakhirnya? Dia menjawab bahwa ingin bertemu dengan ibunya. Saat ibunya datang, menangis tersedu-sedu dan memeluknya, tahu-tahu dia menggigit kuping ibunya sampai putus dan berkata :
"Sekarang saya dihukum mati karena kesalahan ibu, semasa kecil bila saya mengambil barang-barang kecil teman dan berbuat kesalahan, ibu tidak menegur bahwa itu adalah salah dan tidak melarang saya, sehingga menjadi kebiasaan saya dan makin lama makin menjadi, sehingga jadi perampok ulung dan pembunuh".
Ibunya sangat menyesal dan menangis terisak-isak. Akan tetapi sesal kemudian tidak ada gunanya.
Hati-hatilah, jangan sampai "kasih sayang" malah mencelakai orang yang kita sayangi. Orang tualah yang bertanggung jawab berat atas segala perbuatan baik/buruk anak. Orang tua juga yang akan menerima pahala atas perbuatan baik anak dan menanggung dosa yang dibuat anak.
Demikian juga halnya bagi seorang raja/pimpinan negara, haruslah berperan sebagai seorang pemimpin, orang tua, guru bagi rakyat, sehingga dia harus memikul tanggung jawab yang sangat berat atas segala perbuatan baik dan tidak baik rakyat. Bila seluruh rakyat berbuat kebajikan, maka kebajikan ini adalah karena jasa raja/pimpinan negara dapat memimpin dengan baik, maka pahala raja/pimpinan negara tersebut adalah luar biasa. Akan tetapi bila rakyat berbuat kejahatan, maka dosa yang harus ditanggung raja/pimpinan negara adalah lebih dalam dari lautan.
Oleh : Hengky Suryadi
Message #20034
Tidak ada komentar:
Posting Komentar