26 Juli 2007

Imlek di Kawasan Glodok Jakarta



Pintu Naga Emas Terbuka, Pintu Toko Tertutup

Oleh : Syahran Rasuna

Berdasarkan penanggalan Tionghoa, setelah pukul 00.00 nanti malam, pintu gerbang Tahun Naga Emas telah terbuka. Dan gerbang Naga Emas ini akan tertutup pada pukul 00.00 setelah 3 Februari 2001. Itu berarti, sesuai dengan siklusnya yang hanya 60 tahun sekali, Tahun Naga Emas baru akan terjadi lagi pada tahun 2060. Masih lama sekali.

JIKA gerbang pintu Naga Emas dinihari nanti terbuka lebar, pintu-pintu toko di sebagian besar kawasan Glodok seperti Pinangsia, Pancoran, Mangga Dua, Sawah Besar, Gajahmada dan wilayah Pecinan lainnya, Sabtu besok justeru tutup. Pertokoan di kawasan ini baru buka normal kembali pada hari Senin. ''Kalau masih ada yang buka, paling-paling hanya setengah hari. Itu pun hanya melayani order dan bukan transanksi langsung yang bersifat umum,'' kata A Kiong, seorang pedagang di Gloria, Pancoran.

Kenapa mesti tutup? Jawabannya adalah perayaan Imlek. ''Biasa, seperti Anda yang Lebaran pada 1 Syawal. Imlek merupakan hari raya besar bagi kami,'' tutur Han, seorang pedagang lainnya di bilangan Petak Sembilan, masih di Pancoran. ''Buka toko pada hari raya Imlek bawa sial,'' tambah A Cun, pria Tionghoa berusia lanjut ketika saya temui di bilangan Pintu Kecil.

Menurut A Cun, Han dan juga A Kiong, mereka mengambil libur dua hari. Maksudnya, toko mereka baru buka hari Senin. Ketiga pria yang mengaku lahir dan besar di kawasan Jakarta Kota ini yakin, sebagian besar toko milik keturunan Tionghoa di wilayah Jakarta Kota ini akan tutup. Kalau toh buka, hanya separuh hari dan hanya untuk pelanggan-pelanggan tertentu yang pada hari sebelumnya tak sempat dilayani. Misalnya seperti pengepakan atau pengiriman barang. Apalagi, menurut A Cun, Imlek kali ini berbeda dengan Imlek-Imlek sebelumnya karena bertepatan dengan muncul Tahun Naga Emas. ''Ini tahun istimewa. Tahun yang hebat. Maka hal-hal yang diyakini bisa membawa sial, harus betul-betul dijauhi,'' tuturnya.

Berbicara tentang Tahun Naga Emas, banyak etnis Tionghoa yang percaya tahun ini merupakan tahun keberuntungan. Sebab menurut mereka, tahun 2000 merupakan Tahun Naga Logam. Naga Logam ini bersifat YANG (positif). ''Sebenarnya, Tahun Naga Emas, dulunya tidak dikenal. Astrologi Tionghoa lebih mengenal kata logam. Misalnya Tahun Naga Logam. Karena logam
dikonotasikan emas, maka kita lebih senang menyebut Naga Emas,'' urai seorang pengusaha yang meminta namanya tidak perlu disebut.

Sang Pengusaha ini tidak bisa menjelaskan, sejak kapan istilah Naga Emas populer dan sejak kapan Naga Logam tak lagi dipakai. ''Saya bukan ahlinya. Tapi begitulah cerita dari orang-orangtua kita. Emas adalah logam yang mulia. Perak atau tembaga juga logam. Tapi karena emas lebih mulia, kata itulah yang dipakai,'' ujarnya.

Bagi etnis Tionghoa khususnya dan pemerhati astrologi umumnya, Tahun ini menjadi sangat istimewa karena Naga dengan unsur dasar logam mulia (diidentikkan dengan emas), merupakan pengulangan siklus yang hanya terjadi dalam 60 tahun sekali. Siklus ini didasarkan pada kelipatan shio yang berjumlah 12. Dalam astrologi Tionghoa, seperti yang juga telah dikenal sebagian masyarakat penyuka ilmu perbintangan, ke 12 shio itu dilambangkan dengan ; Tikus, Kerbau, Macan, Kelinci, Naga, Ular, Kuda, Kambing, Monyet, Ayam, Anjing dan Babi.

Perayaan Imlek yang kali ini nampaknya terasa lebih istimewa dibanding tahun-tahun lalu, sejauh pengamatan Standard, sebenarnya tidak hanya karena tahun 2000 ini merupakan Tahun Naga Emas. Tapi lebih karena aura politik yang terjadi di tanah air yang telah membuka pintu kebebasan dan persamaan hak. Terlebih bagi etnis Tionghoa, selama lebih dari 32 tahun
di zaman pemerintahan Soeharto, mereka terkungkung tak boleh ini tak boleh itu.


Sampai-sampai kesenian Barongsai yang seringkali juga dimainkan oleh warga pribumi, tidak dibolehkan unjuk kelincahan yang bertumpu pada nilai-nilai seni dan kebudayaan. Itu sebabnya, begitu pintu rezim orba tumbang dan digantikan oleh pemerintahan Gus Dur, kesenian barongsai tidak saja kembali menggeliat dan melompat-lompat. Tapi juga difestivalkan dengan kemeriahan yang meledak ledak.


Kembali pada hari raya Imlek dikaitkan dengan Tahun Naga Emas, banyak etnis Tionghoa yang percaya tahun 2000 ini menjadi awal kebangkitan dunia usaha. Hanya saja, iklim dunia usaha belum cukup kondusif untuk menyambut sang naga keberuntungan itu. Pasalnya, ini rangkuman dari berbagai percakapan dengan para pedagang di Glodok, persoalan politik dan keamanan menjadi kendala yang bisa jadi batu sandungan bagi sejumlah ''naga'' yang ingin datang ke Indonesia. ''Banyak naga (pengusaha dan modal asing) yang belum kembali atau naga yang ingin menanamkan ivestasi mereka terkendala oleh situasi politik dan keamanan yang tidak stabil,'' kata seorang pengusaha elektronik. Naga-naga yang dimaksud pengusaha ini tergolong naga emas alias para pengusaha besar.

Menurut kalangan pengusaha ini, berbagai kerusuhan yang masih terjadi, persoalan perbankan yang carut marut, politikus dan pengamat yang lebih suka berdebat di televisi dan media cetak, membuat para ''naga'' di luar (negeri) dan ''naga'' yang di dalam (negeri) berpikir keras untuk
kembali menanam investasi mereka.


Kalau saja iklim politik dan keamanan sangat kondusif untuk mendukung dunia usaha, kalangan pengusaha ini yakin Tahun Naga Emas benar-benar menjadi tahun keberuntungan. ''Krisis moneter hanya salah satu sebab hancurnya perekonomian, sebab-sebab yang lain lebih dominan,'' kata pria yang mengaku sudah mulai bisa melupakan kasus kerusuhan 12 Mei tahun 1998 dan sejak beberapa bulan ini mulai kembali menata bisnisnya di Glodok dan Mangga Dua.

Tepat pukul 00.00 setelah 4 Februari (masuk 5 Februari) nanti malam, pintu Naga Emas terkuak dan Imlek pun dirayakan dengan suka cita oleh seluruh warga keturunan Tionghoa. Persoalan umum yang tersisa adalah : apakah Naga Emas benar-benar membawa keberuntungan, walahu'alam.

Yang pasti, besok bakal banyak toko di kawasan Jakarta Kota yang tutup dan mudahan Senin lusa buka kembali dan Naga Emas masuk dengan benar-benar membawa keberuntungan bagi semua orang !

Dimuat di Harian Umum Glodok Standard, Jakarta edisi 4 Februari 2000

Diposting ke milis tionghoa-net 5 Pebruari 2000.

Tidak ada komentar: