24 Juli 2007

Asal Muasal Barongsai

Bermula dari Keresahan Kaum Petani

Suwinto Johan
suwinto@centrin.net.id


SAYA ingin membagi sedikit mengenai asal muasal daripada kebudayaan ataupun cerita klasik China, seperti kisah-kisah mengenai Long De Xuan Ren. Di Indonesia kita mengenal atraksi barongsai, sesungguhnya darimanakah asal muasalnya Barangsai itu.

Di jaman sebelum Masehi, dimana ada sebuah Desa kecil di tengah pengunungan di daerah China. Terdapat penduduk yang sehari-hari bekerja sebagai petani. Akan tetapi sangat disayangkan, hampir setiap musim dingin, ada binatang yang selalu datang menganggu petani. Dari merusak tanaman hingga memakan manusia. Binatang tersebut dikenal dengan sebutan Niang.

Dan di awal musim dingin ini, setiap keluarga berkumpul untuk makan malam bersama yang disebut dengan Hui Lou, yaitu makan masakan yang berkuah dengan api di tengah atau yang sekarang lebih kita kenal dari Jepang dengan Shabu-shabu. Peristiwa inilah yang sering dilakukan oleh keluarga-keluarga China yang mengharuskan anaknya untuk pulang makan di malam sebelum Imlek. Tujuan dari ini adalah untuk menakutkan-nakutkan Niang, disamping berkumpul bersama untuk saling melindungi.

Tahun lewat tahun, hingga para petani menemukan ide untuk membuat binatang tandingan yang palsu untuk menakutkan Niang. Hingga terbentuknya binatang Liong dan Sir Ce (Singa). Dimana setiap menjelang musim dingin, penduduk setempat memainkan kedua binatang tersebut dengan bola api yang menjadi sasaran dikejar. Agar Niang melihatnya dan takut.

Hingga akhirnya, konon, Niang tidak datang lagi ke desa-desa dan peristiwa ini menjadi turun temurun hingga hari ini. Dan kita menyembutnya sebagai kou Niang, yakni Niang yang lewat. Niang dijadikan sebagai salah ucapan vokal ketika dijadikan tulisan dan menjadi hitungan tahun dengan melewai musim dingin. Perayaaan para petani itulah yang akhirnya menjelma menjadi atraksi barongsai yang kita kenal saat ini.
Diposting pada 10 Januari 2000

Renungan Millenium

Selamat Tahun Baru 2000

Grifa Libran
(winale@qatar.net.qa)

MAJALAH TIME edisi 27 Desember tahun lalu pada satu kolom kecil menulis hasil survey pembaca mengenai nama/sebutan apa yang cocok untuk menyebut tahun 2000 sekarang. Hasilnya ialah seperti berikut ini:

The O-zies
M2
The Twenty Hundreds
The Naughties
The Milles
The Oh-Ohs

dan banyak lagi lainnya sebutan untuk dekade 2000 hingga 2009 yang tidak disebutkan.
Karena angka 2000 demikian simpel dan kelihatan harmonis struktur susunan urutan angkanya, banyak orang berasumsi pastilah tahun ini memiliki keistimewaan.

Setidaknya siapa saja yang melihat angka ini akan senang meski tidak tahu mengapa hingga bisa timbul rasa senang. Makanya karena dorongan faktor psikologis ini orang banyak latah untuk turut antusias dan kadang demikian histeris cara mereka menyambutnya. Ungkapan perasaan gembira yang rada aneh dibanding kemungkinan saat menghadapi kelahiran seorang bayi idaman.

Karena latah itu, kali ini juga saya sempat mengucapkan pada beberapa handai taulan dan rekan akan harapan kegembiraan di tahun The O-zies ini. Tidak pada semua rekan dan sahabat sempat saya kirimi ucapan dan bahkan saudara kandung sendiri tidak. Sebaliknya setelah mengirim kata selamat ber-Y2K saya kok malah timbul penyesalan.

Ada semacam kesadaran bahwa pengucapan selamat itu sebetulnya tidak untuk suatu alasan apapun, sesuatu hal yang sejak lama sebetulnya saya sadari dan makanya saya lebih sering dalam pergantian tahun tidak ambil pusing dengan makna-makna tahun baru.

Kalau kita mengucapkan (mendoakan) selamat pada seseorang atas peristiwa tertentu (mis: kelahiran bayi, menikah, dapat promosi, lebaran ataupun natal) itu kita tahu karena pada hari itu kita berharap orang bisa berbahagia dan sejahtera karena moment yang dihadapi (bahagia karena mendapat bayi, bebahagia karena menikah, berbahgia karena dapat promosi jabatan, dan seterusnya).

Demikian juga kelogisan kita menyebut "Selamat Lebaran" atau "Merry Christmas" sebab kita menginginkan kebahagiaan dan kegembiraan di hari Lebaran setelah usai menjalani ibadaah ramadan atau karena di hari peringatan Natal kita berharap nuansa yang ada membawa berkah sehingga kita bahagia karenanya.

Tapi tahun baru? Ada yang aneh kalau pada setiap pergantian bilangan tahun baru timbul kesadaran untuk berkaca diri dan oleh karena itu mengharap hidup ini menjadi lebih baik sehingga pada setiap orang kita merucap : 'Met tahun baru! Tahun baru itu tidak ada istimewanya sebetulnya, ia cuma sebatas angka dan perjalanan waktu. Segala sesuatu yang ada di antaranya pada hakekatnya sama.

Sehari 24 jam dan dalam satu jam itu sama banyaknya dengan 60 menit di mana keadaan ini sudah berlangsung sebelumnya berulang-ulang. Bilamana ingin berhadapan dengan kondisi baik dan bahagia dalam hidup, mengapa tahun baru menjadi indikator garis startnya? Tidakkah sebenarnya pada setiap tarikan nafas manusia membutuhkan keadaan sejahtera dan batin?

Lagipula tidakkah setiap tanggal atau bilangan berapapun sesungguhnya tanggal dan bilangan tahun itu tidak dan sama sekali bukan kunci, apalagi penentu kesuksesan hidup manusia? Selamat Tahun Baru adalah kalimat yang tidak jelas apa dan sampai di mana maksud yang tersimpan. Apakah itu bermaksud Selamat bergembira di tahun baru? atau apakah makna
yang terkandung Semoga selamat karena tahun baru telah tiba? (malah lebih aneh lagi arti kalimat ini) atau pun barangkali berarti 'Berikan selamat pada tahun yang baru?'

Ketiga maksud yang bisa mungkin dari kalimat 'Selamat Tahun Baru' di atas dapat berakhir pada pengertian yang serba tidak relevan dan realistik dilihat dari harapan dan karakter manusia itu sendiri. Bahwa hidup sejahtera dan bahagia itu tidak mesti diharap setelah terjadinya pergantian angka tahun.

Kita butuh sehari2 penuh bahagia. Sama sekali tak ada hubungannya apa yang menjadi harapan dengan bergantinya sang waktu, dengan kata lain nasib baik dan buruk itu bukan ditentukan waktu. Apakah keselamatan itu kita harapkan hanya karena tahun yang baru telah tiba? Atau kita memberi selamat pada tahun yang juga sudah berganti? Apakah tahun bisa mendengar
apa yang kita bilang? Memangnya makhluk apakah tahun itu?

Diposting pada 1 Januari 2000

Akar Masalah Sentimen Anti China (5-habis)

Hipotesis Akar Masalah Sentimen Anti China

Oleh : DR.Wong Chin Na, SE,Ak,MBA

Kami menyebutnya Hipotesis, yang maknanya kesimpulan sementara. Karena kesimpulan akhir harus didukung oleh data hasil penelitian di lapangan, sedangkan penelitian seperti ini hampir mustahil dilakukan di Indonesia saat ini.

1. Merebaknya sentimen anti China dewasa ini berkaitan erat dengan pemerintahan yang tidak demokratis, yang tidak dapat menerima adanya perbedaan pendapat. Untuk mengamankan kekuasaannya, pihak penguasa hanya mengutamakan orang-orang yang berasal dari sukunya sendiri. Pejabat-pejabat yang jujur dan berprestasi selalu dipensiun lebih awal atau disingkirkan sebagai Dubes kalau tidak mau menuruti kemauan penguasa.

Untuk menutupi segala tindakannya, penguasa merekayasa keadaan sedemikian rupa seolah-olah keadaan negara masih memerlukan penanganan khusus, salah satunya adalah rekayasa kerusuhan rasial terhadap warga keturunan China. Cara ini untuk mengalihkan perhatian masyarakat terhadap tindakan diktator dan korupsi para penguasa, padahal beberapa puluh (dan ratus) orang China dimanfaatkan untuk mengelola uang hasil korupsinya.

2. Orang-orang sekelas Edy Tanzil yang hanya berpendidikan SD diajak kolusi oleh para penguasa dan diberi rekomendasi untuk memperoleh kredit yang sangat besar. Setelah berhasil, saham kosongnya ditarik dan Edy Tanzil dijerumuskan sebagai subversi sambil diexpose ke-China-annya. Boss boneka yang mengelola uang hasil korupsi mereka dengan sengaja diexpose melalui berbagai media massa (milik mereka juga) bahwa business-nya kurang etis, diskriminatif, dan segudang predikat jelek lainnya. Dengan demikian orang awam akan beranggapan bahwa semua keturunan China pasti kaya dari hasil business curangnya, padahal mayoritas warga keturunan China hidupnya juga melarat.

Hal yang sama dengan versi yang berbeda-beda diterapkan pula terhadap orang-orang keturunan China dari berbagai kalangan, terutama dari kalangan dunia hitam seperti Hong Lie dan Hartono, di mana pelindung mereka sebenarnya adalah para penguasa juga. Dengan cara ini maka "musuh bersama" dapat dipelihara terus menerus.

3. Krisis moneter yang terjadi saat ini, dalam waktu singkat telah merontokkan business kelompok tertentu dari warga keturunan China, yang menjadi boneka penguasa atau kolusi dengan penguasa. Perusahaan demikian umumnya cenderung mencari utang sebesar-besarnya sehingga dalam waktu singkat berkembang menjadi perusahaan raksasa, padahal perkembangan tersebut bukan karena prestasi para pengelolanya.

Pada saat krisis moneter mereka tidak mampu lagi menanggung utang dan beban bunga yang tinggi. Sebaliknya kelompok lain yang berusaha atas keringatnya sendiri; yang umumnya berskala kecil atau menengah, meskipun sangat terpukul dengan krisis moneter ini tidak sampai membuat mereka bangkrut karena mereka menggunakan kredit bank dalam jumlah yang wajar. Ini suatu bukti bahwa tidak semua warga keturunan China tukang kolusi, masih banyak di antara mereka yang memiliki business yang bersih.

4. Sebagian organisasi massa Islam dan Pesantren disusupi oleh agen-agen pemerintah yang bertujuan menggiring mereka mengikuti rencana pemerintah, di antaranya tindakan brutal terhadap warga keturunan China dan non Islam sehingga tampaknya seolah-olah dimotori oleh organisasi massa Islam. Mereka memanfaatkan orang-orang extrim (yang pasti ada dalam agama apapun) dibantu para pencoleng dan kaum preman yang telah dibina secara intensif melalui Pemuda Pancasila yang pimpinannya beberapa hari yang lalu (Yoris Yerewai, Jan.98 - pen) tertangkap basah berjudi..

Para pemimpin ormas Islam sekelas Gus Dur atau Amien Rais, tidak mungkin merestui tindakan seperti ini, bahkan tantangan Gus Dur untuk menunjukkan dalang sebenarnya dalam kerusuhan Tasikmalaya, ternyata tidak ditanggapi. Kalau kita telusuri waktunya, ternyata tindakan radikal tersebut muncul setelah terbentuknya ICMI di bawah pimpinan Habibie, yang notabene adalah organnya Gokar. Tidak berlebihan jika ada yang berasumsi bahwa semua ini taktik adu domba ormas Islam dengan warga keturunan China dan non Islam. Dilarangnya koalisi Mega-Bintang memperkuat asumsi di atas.

5. Keadaan negara kita saat ini sudah demikian parahnya, krisis moneter yang terjadi diyakini berbagai kalangan sebagai penjabaran dari krisis politik. Tetapi pemerintah tetap ngotot bahwa krisis moneter akibat US$ diborong pihak swasta (dalam arti perusahaan milik warga keturunan China) untuk membayar utangnya, dan tidak ada sedikitpun pengakuan bahwa ini adalah akibat krisis politik. Kalau rupiah melemah dari Rp.2.450 menjadi sekitar Rp.3.500, bisa diterima bahwa ini adalah krisis moneter dan bisa dijelaskan dengan berbagai teori.

Secara teoritis, tanpa ulah spekulan di kawasan ASEAN pun suatu saat Indonesia akan dilanda krisis moneter akibat program yang kacau balau dalam impor barang modal untuk keperluan investasi, yang campur aduk dengan kepentingan pribadi para penguasa. Dalam kurun waktu lebih dari 20 tahun setiap tahun investasi selalu lebih besar dari tabungan, sehingga neraca pembayaran kita selalu defisit - di mana sebagian besar pinjaman luar negeri dan investasi untuk kepentingan "Soeharto Incorporations".

6. Peranan media massa sangat dominan untuk menyebarkan isu bahwa kredit macet adalah ulah pengusaha keturunan China, dan sekaligus menutupi kredit macet yang dibuat "Soeharto Inc". Taktik tarik ulur dari Soeharto sebagai presiden RI dengan IMF, diduga untuk memberi kesempatan "Soeharto Inc" menarik keuntungan dari fluktuasi dolar yang sangat tajam sampai terkumpul dana yang cukup untuk menutupi kredit macet yang dulu uangnya sudah disimpan di bank-bank luar negeri.

Sebagai orang yang sangat "nasionalis", beliau merasa bertanggung jawab untuk menjaga agar dalam permainan ini rupiah tidak terlalu ambruk, sehingga dipertahankan pada level Rp.6.000 - Rp.7.500 (akhir 97 s/d Jan.98 - pen). Oleh karena itu nilai tukar tersebut bertahan cukup lama. Sayangnya ide cemerlang ini tercium pihak lain (atau mungkin juga kerja sama) yang meniru taktik yang sama dalam rangka investasinya di Indonesia.

7. Krisis moneter yang melanda kawasan Asean dan sekitarnya, diduga dimotori oleh kekuatan asing yang dalam rangka globalisasi bermaksud memindahkan (relocation) industrinya ke kawasan ASEAN yang biaya produksinya murah. Apabila mata uang di negara ASEAN - khususnya Indonesia menjadi sangat rendah, maka harga beli pabrik di Indonesia dalam US$ menjadi sangat murah. Diaturlah suatu kerja sama antara IMF, para kreditor, dan calon investor di Indonesia, untuk menekan perusahaan-perusahaan debitor di Indonesia yang tidak bisa membayar utangnya, agar mau mengkonversikan utangnya
sebagai penyertaan modal (saham).

Langkah pertama adalah penguasaan sektor perbankan sebagai faktor kunci, sehingga dalam persyaratan yang diajukan IMF Indonesia harus menghapus pembatasan penyertaan modal asing sebesar 49% di dalam perbankan Indonesia. Tahap berikutnya baru memasuki sektor riel (industri) yang menguntungkan, dan sasarannya adalah perusahaan milik warga keturunan China yang sebelumnya sudah dipojokkan lebih dahulu (untuk tujuan lain).

Ironis sekali, pemerintah lebih rela ekonomi Indonesia dikuasai oleh orang luar daripada oleh "anak tirinya", karena anak kandungnya sendiri tidak mampu mengelola. Kalau rencana ini sudah terlaksana, saya yakin nilai tukar US$ terhadap rupiah akan turun kembali ke level yang wajar, dan sentimen anti China otomatis akan mereda.

8. Segala tindakan negatif dari orang-orang keturunan China selalu dikaitkan dengan a-nasionalisme, padahal tindakan para penguasa korup sekarang ini jelas-jelas a-nasionalisme. Cukup banyak orang-orang keturunan China (yang tidak terkenal) yang memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi yang tidak kalah dengan pribumi. Terlalu absurd jika nasionalisme warga keturunan China seolah-olah hanya diwakili oleh para pengusaha terkenal, yang karena tingkat pendidikannya belum tentu mengerti arti kata nasionalisme.

Walaupun mereka kaya dan tinggal di daerah elite, tidak berarti bahwa mereka kaum elite warga keturunan China. Apakah gambaran nasionalisme dari kalangan pribumi dapat diwakili oleh keluarga Soeharto, peragawati, artis terkenal, atau oleh para pedagang di pasar dan orang-orang yang setiap hari berkeliaran di tempat ramai tanpa tujuan jelas?

9. Apabila hukum dapat ditegakkan, tindakan-tindakan brutal terhadap warga keturunan China akan mereda dengan sendirinya, dan sekaligus kolusi antara penguasa dengan kelompok tertentu warga keturunan China juga akan berhenti. Dalam pemerintahan yang bersifat anarkhis, para penguasa berusaha mempertahankan kekuasaannya selama mungkin sambil menumpuk kekayaan sebanyak-banyaknya.

Hukum akhirnya ditegakkan hanya untuk membenarkan dan melindungi penguasa semata-mata. Setelah pemerintah yang bersih pasca Soeharto (dan Habibie - pen) terbentuk di Indonesia, diharapkan hukum akan dapat ditegakkan dengan adil dan hak azasi manusia dihormati dengan baik, termasuk persamaan hak warga pribumi dan non pribumi dalam segala bidang.

10. Keturunan China di Indonesia meskipun ciri-ciri pisiknya hampir sama, kalau diteliti lebih lanjut ternyata terbagi dalam 2 kelompok besar (semula ada 3 kelompok besar, tetapi 2 kelompok pertama telah melebur menjadi satu), yang mudah dibedakan dari budaya, bahasa, agama, pekerjaan, makanan, pendidikan, dan lain-lain. Kelompok pertama sangat dipengaruhi oleh budaya setempat, bahkan sebagian besar diyakini sebagai keturunan pribumi dari garis ibu sedangkan kelompok kedua masih kuat dipengaruhi tradisi negara asalnya. Tidak adil kalau kedua kelompok ini disama ratakan karena dalam banyak hal mereka seringkali bersimpangan jalan, bahkan banyak anggota kelompok pertama yang enggan bermenantukan anggota kelompok kedua atau sebaliknya.

Kalau pemerintah sungguh-sungguh berniat mengadakan asimilasi antara warga pribumi dan keturunan China demi terciptanya kesatuan dan persatuan bangsa (nasionalisme Indonesia), program yang akan diterapkan harus memperhatikan perbedaan kedua kelompok tersebut dengan tetap berpedoman pada hak azasi manusia - bukan dengan program untuk meng-Islam-kan warga keturunan China melalui kawin campur yang cenderung dipaksakan. Kawin campur akan otomatis terjadi dengan sendirinya dalam lingkungan pergaulan masing-masing, jika kedua belah pihak - pribumi dan keturunan China- dapat hidup rukun dan damai.


HIMBAUAN

a. Kepada saudara-saudara warga keturunan China.

1. Kalau kita masih berpikir bahwa kita China maka orang lain akan mempunyai pikiran yang sama, sebaliknya kalau kita berpikir bahwa kita adalah orang Indonesia maka orang lain yang mengenal kita lambat laun akan mengakui bahwa kita adalah bagian dari bangsa Indonesia, meskipun kita berwajah China. Sebaliknya seorang China Indonesia yang terlalu berlebih-lebihan (overacting) dalam usahanya agar dianggap sama dengan pribumi, malah akan dianggap tidak wajar dan menyebalkan mereka. Jadi bertindaklah wajar apa adanya dengan ke-China-an kita, tunjukkanlah biarpun kita China tetapi kita juga merasa sebagai bangsa Indonesia.

2. Dalam pergaulan, hendaknya kita tidak membatasi diri pada sesama keturunan China saja tetapi cobalah bergaul dengan kalangan pribumi, mulailah bergaul dengan mereka yang keadaanya kira-kira setara dengan anda agar pergaulan anda seimbang. Kalau kebetulan anda fasih berbahasa China, janganlah menggunakan bahasa tersebut di depan orang lain yang tidak mengerti karena akan membuat mereka tersingung.

Anda juga akan tersinggung jika mendengar orang lain berbahasa Belanda di muka anda, seolah-olah anda disisihkan dari mereka. Sebagian dari kita mungkin pernah dikecewakan oleh pribumi atau bahkan mungkin mobil / rumahnya dibakar, tapi janganlah hal ini dijadikan patokan bahwa semua pribumi demikian, apalagi ada dugaan kuat bahwa semua ini rekayasa penguasa.

3. Khusus kepada anda yang kebetulan kaya raya, janganlah kekayaan anda dipamerkan secara menyolok dalam bentuk mobil mewah, handphone, baju buatan perancang mode terkenal, dan berbagai macam atribut kemewahan lainnya, otomatis tindakan ini akan membuat orang lain tidak suka, termasuk sesama keturunan China yang lebih bersahaja.

Apalagi kalau kekayaan anda hasil kolusi dengan para pejabat korup, hentikanlah segera kolusi anda dan bertobatlah di depan Tuhan. Ingat tindakan anda selain menyengsarakan rakyat banyak, juga menyebabkan seluruh populasi warga keturunan China di Indonesia harus menanggung resiko menjadi sasaran kebencian rasial. Anda sendiri dapat dengan mudah bersembunyi di balik perlindungan pejabat korup partner anda.


b. Kepada saudara-saudara warga pribumi.
1. Saya menghimbau kepada anda; khususnya dari kalangan yang terpelajar, hendaknya anda bisa berpikir secara realistis bahwa dengan segala kekurangan dan kelebihannya, warga keturunan China telah memberikan warna tersendiri terhadap kehidupan bangsa dan negara kita. Suka atau tidak suka, kami secara legal telah menjadi bagian dari bangsa Indonesia.

Kalau kebetulan anda pernah dikecewakan oleh tingkah laku salah seorang dari kami, harap dilihat orang per orang dan tidak digeneralisasikan sebagai mewakili seluruh warga keturunan China. Cukup banyak China kaya yang hanya drop-out dari "Chung Hwa Siaw Sie" (sekolah China setingkat SD yang ditutup pada tahun 1966) sehingga kelakuannya bagaikan "petruk jadi raja". Walaupun kami sama-sama keturunan China, kami juga muak dengan kelakuan sebagian dari mereka yang sering overacting.

2. Bagi anda yang selama hidup belum pernah berteman dengan salah seorang warga keturunan China, cobalah iseng-iseng anda mendekati mereka yang pendidikannya setaraf dengan anda, sehingga secara prinsip cara berpikirnya tidak berbeda dengan anda. Pelajarilah sikap dan pandangan hidup mereka terhadap pribumi khususnya, atau terhadap bangsa & negara Indonesia pada umumnya.

Universitas adalah tempat terbaik untuk pendekatan demikian. Secara psychologis, kebencian terhadap orang lain yang tidak kita kenal adalah luapan dari obsesi kita terhadap orang tersebut tanpa dia tahu apa yang kita pikirkan. Mudah-mudahan setelah mempunyai beberapa orang kawan keturunan China, pandangan anda terhadap kami menjadi lain. Percayalah, di hati kami, hanya Indonesia satu-satunya tanah air kami.

3. Kepada para pimpinan organisasi massa Islam, saya menghimbau anda untuk
lebih berhati-hati terhadap para anggota masing-masing karena sebagian di antaranya adalah agen-agen yang disusupkan oleh penguasa yang hendak mengadu domba kalangan Islam dengan non Islam, atau Islam dengan warga keturunan China. ICMI dan KISDI saat ini kelakuannya lebih banyak merugikan umat Islam daripada memberikan sumbangan yang berarti bagi kemajuan umat Islam Indonesia. Perhatikanlah para Da'i yang hendak memberikan dakwah di Mesjid-mesjid dan Pesantren, agar mereka tidak
mencampur adukan dakwah agama dengan hasutan yang membakar kebencian terhadap agama lain dan keturunan China. Marilah kita bersatu padu membangun kembali
negara kita yang hampir ambruk ini.

Sekian.
Hidup Indonesia.

Akar Masalah Sentimen Anti China (4)

WNI Keturunan China dan Nasionalisme


Oleh : DR.Wong Chin Na, SE,Ak,MBA

SETIAP ras apapun di dunia memiliki segi positif dan segi negatif. Segi positif dilakukan oleh orang-orang yang berkelakuan baik yang merupakan bagian terbesar dari anggota ras bersangkutan, sedangkan segi negatif dilakukan oleh sebagian kecil anggota ras tersebut. Dalam hal warga keturunan China di Indonesia, yang oleh pihak penguasa telah diciptakan sebagai "musuh bersama", segi positifnya selalu ditutup-tutupi tetapi segi negatifnya selalu ditonjolkan. Kalau ada warga keturunan China yang melakukan tindak pidana maka nama Chinanya selalu disebut-sebut, tetapi kalau yang berbuat baik atau berjasa bagi negara tidak pernah disebutkan nama Chinanya.

Yang mempunyai peran aktif dalam menyebarkan masalah ini adalah media massa, yang sebenarnya dikuasi oleh pemerintah yang berkuasa saat itu. Bukan rahasia lagi kalau saham-saham dari koran atau majalah terkemuka di Indonesia dikuasai oleh pejabat-pejabat tertentu atau anggota keluarganya, sehingga setiap terbit arahnya harus menyuarakan kepentingan penguasa. Media massa yang berani membeberkan fakta yang sebenarnya seperti Tempo, dianggap menghasut masyarakat dan dibredel tanpa ampun.

Tindakan negatif dari sebagian warga keturunan China selalu dikaitkan dengan isu a-nasionalisme, padahal pengertian nasionalisme sendiri akan mengundang perdebatan yang tak pernah selesai. Tidak kurang dari Moerdiono sebagai Mensesneg salah mengartikan nasionalisme baru ala Liem Sioe Liong.

Penjualan saham perusahaan ke anak perusahaan yang lain di luar negeri dengan teori mark-up nya yang semata-mata untuk meraih keuntungan yang sebesar-besarnya dikatakan nasionalisme baru. Salah-salah orang yang merampok di luar negeri yang membawa uang hasil rampokannya ke Indonesia juga disebut sebagai nasionalisme baru.

Menurut saya, secara sederhana nasionalisme dapat diartikan sebagai sikap kepedulian terhadap kemajuan bangsa dan negara Indonesia, sesuai dengan kemampuan masing-masing. Dalam suasana perang, nasionalisme dapat diartikan sebagai kesediaan untuk turut mempertahankan keutuhan negara Indonesia dengan konsekuensi mungkin akan kehilangan harta dan bahkan nyawanya.

Tapi sebaliknya dalam suasana damai, terlalu naif jika ada orang yang mengatakan bahwa, seorang nasionalis harus rela berkorban harta dan nyawa demi bangsa dan negara Indonesia. Kalau pernyataan ini dianggap benar, saya ingin bertanya kepada orang-orang yang berpendapat demikian, apakah dirinya sendiri bersedia melakukan hal tersebut? Inilah salah satu nasionalisme picik yang tujuannya hanya untuk memojokkan orang lain yang kebetulan secara materi lebih berhasil.

Tommy dan Habibie, kalau dia seorang nasionalis otomatis akan rela menangguhkan proyek Mobnas Korea dan N-2130 nya. Apakah anak-anak presiden yang saat ini kaya raya dan tidak jelas asal-usul modalnya bersedia menjual dolar simpanannya (bukan hanya jual dolar pura-pura demi kepentingan politis). Pertanyaannya, kenapa kalau ada warga keturunan China yang tidak mau menjual dolarnya disebut tidak nasionalis (yang mungkin juga tidak punya atau diperlukan untuk transaksi impor), sedangkan putra-putri Pak Harto dan putra-putri pejabat lainnya tidak disebut a-nasionalis?

Ironisnya banyak orang yang berpikiran picik, yang mengukur nasionalisme warga keturunan China dari kesediaan mengorbankan harta bendanya untuk kepentingan orang lain tidak peduli orang yang bersangkutan akhirnya jatuh miskin.

Saya sangat setuju kalau semua orang yang menimbun dolar dalam krisis moneter sekarang ini disamakan dengan subversif dan penghianat negara, yang harus dihukum seberat-beratnya. Tetapi dalam hal ini harus adil dan objektif, serta harus dibedakan antara uang diam atau modal kerja. Tidak peduli keturunan China, Jawa, Sunda, Batak, Padang, dan sebagainya, semua harus dihukum tanpa pilih bulu tidak terkecuali anak-anak presiden. Kita harus belajar dari Korea yang berani menghukum bekas presidennya sendiri maupun anak presiden yang sedang berkuasa karena terbukti korupsi.

Seorang warga keturunan China yang secara tidak resmi diakui memiliki jiwa nasionalisme adalah Kwik Kian Gie, yang kebetulan mempunyai kemampuan yang baik dalam bidang politik & ekonomi, dan mampu menuangkan buah pikirannya secara tertulis di media massa sehingga dapat dikenal masyarakat luas. Kalau Kwik tidak mempunyai bakat menulis, tentu tidak banyak orang yang mengenal buah pikirannya dan belum tentu disebut nasionalis.

Pertanyaannya apakah tidak ada warga keturunan China lain yang mempunyai jiwa nasionalisme seperti Kwik Kian Gie?

Tentu saja banyak, hanya mungkin karena kurang mempunyai bakat menulis jadi kurang dikenal masyarakat luas, atau mungkin kemampuannya masih di bawah Kwik sehingga media massa tidak bersedia memuat tulisannya. Tengoklah dosen-dosen non-pri di berbagai Universitas, mungkin akan banyak yang heran jika mengetahui motivasi mereka menjadi dosen padahal gajinya kecil.

Sebagain besar dari mereka mempunyai idealisme yang tinggi untuk turut memajukan bangsa dan negara Indonesia melalui jalur pendidikan, bukan hanya sekedar mencari uang semata-mata. Akan lebih mengherankan lagi jika diketahui cukup banyak pejabat perusahaan swasta keturunan China dengan gaji yang cukup besar, masih mau bercapai lelah menjadi dosen dengan gaji yang minim.

Kalau ini dapat dipakai sebagai tolok ukur, berarti pandangan terhadap nasionalisme warga keturunan China, khususnya dari kalangan yang berpendidikan tinggi harus dikoreksi. Terlalu absurd jika masalah nasionalisme ditanyakan kepada para pedagang kelontong keturunan China di sekitar pusat perdagangan, yang karena tingkat pendidikannya yang sangat minim tidak pernah terlintas di benaknya untuk turut memikirkan masalah nasionalisme. Namun dalam hal ini belum tentu mereka tidak mempunyai rasa nasionalisme sama-sekali, hanya bahasanya yang seringkali terlalu tinggi sehingga barangkali kurang dapat dimengerti oleh mereka.

Untuk mendapatkan gambaran yang obyektif, adakanlah suatu penelitian terhadap mereka mengenai masalah nasionalisme dengan menggunakan bahasa yang sederhana, bandingkan hasilnya dengan hasil penelitian yang sama terhadap para pedagang pribumi. Mungkin hasilnya tidak akan jauh berbeda karena keduanya sama-sama awam terhadap teori kebangsaan dan nasionalisme. Selanjutnya buatlah suatu program untuk meningkatkan nasionalisme semua rakyat Indonesia baik pribumi maupun non-pribumi, dan tidak perlu dipolitisir seperti program P4.


HUKUM DAN KEADILAN.
Di negara-negara maju, umumnya hukum ditegakkan relatif adil terutama untuk hal-hal yang sudah menjadi sorotan masyarakat dan dunia. Sentimen anti ras tertentu tetap akan mendapat tempat tersendiri di hati masyarakat, tetapi semua kerusuhan akan ditindak tegas tanpa pandang bulu. Oleh karena itu Ku-Klux-Klan sekalipun yang secara organisatoris cukup kuat dan mendapat dukungan dana dari ras tertentu, akhirnya tidak berani berkutik dan nyaris punah saat ini. Tetapi di Indonesia, hukum lebih memihak kepada para penguasa atau orang-orang yang dekat dengan pusat kekuasaan.

Apabila hukum ditegakkan secara adil di Indonesia, maka semua perusuh yang membakar toko-toko, mobil, Gereja, Vihara, dsb akan berpikir beberapa kali sebelum bertindak. Sangat lucu kalau seorang ibu keturunan China yang menegur anak-anak muda yang berteriak-teriak tidak karuan di pagi buta dihukum lebih berat dari orang-orang yang merusak dan membakar rumah orang lain (kerusuhan di Rengas Dengklok - pen).

Sebaliknya kalau ada pengusaha keturunan China yang melakukan kecurangan, kolusi, diskriminasi dalam business dan penerimaan pegawai, segera dilaporkan ke Polisi untuk diusut kebenaranya dan dikenakan sanksi hukum yang seadil-adilnya. Di Amerika ada peraturan yang mewajibkan perusahaan-perusahaan untuk menerima pegawai dengan komposisi rasial tertentu yang ditetapkan pemerintah. Setiap pelanggaran akan dikenakan sanksi yang cukup berat.

Demikian juga apabila hukum di Indonesia dapat menjangkau para koruptor dan pelaku komersialisasi jabatan, maka kolusi antara pejabat dengan pengusaha keturunan China tidak akan berlangsung terus. Pungli walaupun belum tentu dapat dihapuskan100%, minimal tidak keterlaluan seperti sekarang ini, dari tingkat RT sampai presiden.

BCA yang secara umum dikenal sebagai milik Liem Sioe Liong, ternyata saat ini sahamnya hanya tinggal 19% saja sedangkan sisanya yang 81% milik anak-anak presiden dan adik iparnya. Akhir tahun yang lalu seorang kenalan mengeluh, 50% saham perusahaannya yang cukup solid yang berkembang atas keringatnya sendiri, akan dibeli oleh salah satu anak presiden. Sedangkan pembayaran atas saham tersebut akan dicicil diambil dari bagian keuntungannya kelak yang 50%.

Pengusaha lain juga pernah mengeluhkan hal yang sama beberapa tahun yang lalu. Apakah ini suatu teori baru dalam "Portfolio Management" ciptaan putra-putra presiden yang perlu dikembangkan lebih lanjut agar mendapat hadiah Nobel dalam bidang ekonomi?

Demi keadilan hukum, para pelaku kredit macet harus segera diseret ke pengadilan. Bankir yang hanya bisa menipu uang rakyat kalau perlu dihukum mati, sebagai imbalan atas beberapa orang nasabah yang menjadi gila dan bunuh diri karena uangnya amblas di bank yang dilikuidasi. Tak terhitung banyaknya nasabah yang menjadi sengsara akibat dilikuidasinya 16 bank yang bermasalah (Nov.97 - pen).

Tegakkanlah hukum secara adil tanpa pandang bulu, tidak peduli terhadap anak cucu
penguasa neraka sekalipun. Perusahaan-perusahaan publik perlu di audit dengan seksama, kalau terbukti melakukan praktek "mark-up" pada saat memasuki pasar modal, segera diseret ke pengadilan sebagai penipu rakyat. Praktek-praktek insider trading dalam perdagangan saham juga harus diusut tuntas dan diberi hukuman yang setimpal.

Hukum yang adil hanya dapat ditegakkan jika didukung oleh pemerintah yang bersih. Sepanjang pemerintah yang berkuasa hanya memikirkan keuntungan pribadi-pribadinya semata-mata, maka mustahil bisa ditegakkan hukum yang adil karena akan menjerat dirinya sendiri.

KETURUNAN CHINA DI INDONESIA
Pada masa lalu, warga keturunan China di Indonesia dapat dibagi dalam 3 kelompok besar, namun saat ini ketiga kelompok tersebut sudah berbaur menjadi satu sehingga sulit dibedakan oleh "orang luar". Walaupun demikian, sisa-sisa ex masing-masing kelompok kalau diteliti lebih jauh masih dapat dilihat perbedaannya.

Kelompok pertama adalah yang disebut China Peranakan, yaitu keturunan dari nenek moyang yang datang ke Indonesia sejak ratusan tahun yang lampau sampai dengan akhir abad ke 19. Semua anggota keluarga kelompok ini sehari-hari berbicara bahasa Indonesia atau bahasa daerah, dan jarang sekali yang bisa berbahasa China.

Pada masa pra kemerdekaan, sebagian besar dari mereka tinggal di daerah-daerah dan mereka diyakini sebagai keturunan dari nenek moyang yang kawin campur dengan pribumi. Pada masa lampau cara berpakaian mereka, terutama kaum wanitanya lebih meniru pribumi, yaitu berkebaya atau menggunakan pakaian yang mirip dengan pakaian adat setempat.

Setelah kemerdekaan, anak-anak mereka sekolah di sekolah-sekolah negeri berbaur dengan pribumi setempat, sehingga walaupun bukan pemeluk agama Islam mereka cukup akrab dengan agama Islam. Pekerjaan mereka sebagian besar pegawai atau pedagang kecil kebutuhan sehari-hari.

Sejalan dengan kemajuan yang dicapai dalam masa Orde baru, generasi mudanya banyak yang melanjutkan sekolah ke kota-kota besar, dan setelah menyelesaikan sekolah mereka berkeluarga di kota besar sampai sekarang. Sebagian dari mereka yang berhasil banyak yang bekerja sebagai profesional, dosen, dan pejabat perusahaan swasta. Sebagian kecil berhasil menjadi pengusaha menengah tetapi jarang sekali yang berhasil menjadi pengusaha besar, kecuali William Surjadjaja (pendiri Astra).

Kelompok kedua adalah orang-orang China Peranakan yang pada masa pra kemerdekaan tinggal di kota-kota besar dan sekolah di sekolah-sekolah Belanda. Sehari-hari mereka berbahasa Belanda campur Indonesia, dan jarang yang bisa berbahasa dearah sehingga mereka sering diejek sebagai China Belandis. Pekerjaan mereka umumnya sebagai profesional atau pekerja pada perusahaan Belanda, hampir tidak ada yang berprofesi sebagai pedagang atau pengusaha.

Kelompok ini dapat dikatakan sebagai kelompok elite nya kaum China Peranakan saat itu, tetapi sekarang sudah hampir tidak ada lagi, kecuali orang-orang tua yang berumur di atas 60 tahun. Sejalan dengan menyusutnya orang-orang yang bisa berbahasa Belanda, mereka berbaur dengan kelompok pertama sebagai China Peranakan. Pada jaman pemerintahan Bung Karno, sebagian anggota kelompok ini dipercaya untuk menduduki berbagai jabatan di pemerintahan, bahkan adapula yang diangkat sebagai Menteri Negara seperti Tan Po Gwan, Ong Eng Die, Siaw Giok Tjan, Oeij Tjoe Tat, dll. Kalau tidak salah, Yap Thiam Hien yang terkenal karena kegigihannya menegakkan hukum di Indonesia juga berasal dari kelompok ini.

Kelompok ketiga adalah yang sering disebut sebagai China Totok, yaitu orang-orang China yang datang ke Indonesia sekitar PD I dan II, ketika timbul revolusi di negeri China sampai berkuasanya pemerintahan komunis di bawah Mao Ze Dong. Anggota kelompok ini sekarang jumlahnya tinggal sedikit dan umumnya sudah berumur lebih dari 60 tahun.

Pekerjaan mereka sebagian besar adalah pedagang / pengusaha atau pegawai pada perusahaan milik kerabatnya sendiri. Banyak di antara mereka yang sukses sebagai pengusaha besar saat ini, terutama dari suku Hok Chi'a seperti : Liem Sioe Liong, Eka Tjipta Widjaja, Mochtar Riyadi, dan beberapa konglomerat non pri lainnya dari kelompok Tapos.

Anak cucu mereka merupakan generasi peralihan antara China Totok dan China Peranakan. Dalam komunikasi dengan orang tuanya mereka umumnya masih menggunakan bahasa China, sedangkan dalam pergaulan sehari-hari generasi mudanya menggunakan bahasa campuran, China, Indonesia dan bahasa dearah kasar. Mereka juga banyak yang berhasil sebagai pengusaha besar mengikuti jejak orang tuanya, tetapi jarang sekali yang bekerja sebagai profesional.

Bagi pihak yang sering berhubungan dengan warga keturunan China, tidak sulit untuk membedakan China Peranakan dengan China Totok melalui bahasa dan kebiasaannya dalam pergaulan sehari-hari, meskipun secara fisik mereka tidak dapat dibedakan. Dalam masalah agama, sebagian besar dari kelompok ini penganut agama Kong Hu Cu dan Budha, hanya sebagian kecil yang menganut agama Kristen, terbalik dengan kaum China Peranakan yang sebagian besar menganut agama Krsiten terutama generasi mudanya, dan hanya sebagian kecil yang memeluk agama Kong Hu Cu dan Budha.

Perbedaan-perbedaan di atas tidak lepas dari peraturan pemerintah dalam bidang kewarganegaraan, di mana kelompok pertama yang orang tuanya lahir di Indonesia, berdasarkan PP.10 / 1959, secara otomatis dapat mengajukan Kewarganegaraan Indonesia, dan konsekwensinya tidak boleh sekolah di sekolah yang berbahasa China. Sedang kelompok kedua yang orang tuanya lahir di luar Indonesia, jika ingin mendapatkan kewarganegaraan Indonesia harus melalui naturalisasi yang dalam prakteknya sangat sulit. Konsekwensinya mereka tidak boleh sekolah di sekolah Indonesia, kecuali ada ijin khusus dari PDK, jadi mereka hanya bisa sekolah di sekolah khusus untuk orang China yang bukan warga negara Indonesia.

Ketika tahun 1966 sekolah China ditutup, otomatis mereka yang pada tahun 1966 berada pada usia sekolah antara 5 sampai dengan 20 tahun tidak bisa sekolah lagi. Yang kaya dapat melanjutkan sekolah ke Singapore, Hongkong, atau Taiwan. Beberapa tahun kemudian, ketika pemerintah mulai melonggarkan ijin untuk masuk sekolah Indonesia, yang masih anak-anak banyak yang masuk sekolah Indonesia, tapi yang saat itu sudah remaja dan sudah bisa membantu orang tuanya berdagang kebanyakan tidak melanjutkan sekolah tetapi meneruskan berdagang.

Karena pengalamannya dalam berdagang sejak usia dini, otomatis mereka lebih piawai dalam mencari peluang-peluang business dibandingkan yang lain, sehingga mereka banyak yang sukses sebagai pengusaha besar. Segi-segi lain yang perlu mendapat perhatian adalah pandangan mereka yang cenderung agak sulit dimengerti, mungkin akibat trauma yang dihadapi ketika mereka harus drop-out dari sekolahnya. Beberapa orang "tokoh" dari kelompok ini yang pernah populer sampai ke tingkat nasional di antaranya adalah : Endang Wijaya (kasus Pluit), Edy Tanzil, Hong Lie (boss judi yang kabur ke Singapura dan diduga ada kaitannya dengan pembunuhan Njoo Beng Seng yang sama-sama boss judi), dll.

Diposting pada 1 Desember 1999

Bersambung ke bagian 5.

Akar Masalah Sentimen Anti China (3)

Kredit Macet dan Kejatuhan Rupiah

Oleh : DR.Wong Chin Na, SE,Ak,MBA

SALAH satu pelaksanaan dari sekian banyak usulan IMF, adalah mergernya beberapa bank pemerintah dan dibentuknya lembaga keuangan khusus yang menangani kredit macet. Bukan rahasia lagi kalau kredit macet di bank-bank pemerintah sebagian besar adalah kredit dari perusahaan anak-anak presiden dan anak-anak pejabat tinggi lainnya, atau perusahaan-perusahaan di mana mereka turut terlibat di dalamnya termasuk perusahaan milik warga keturunan China.

Kalau atas desakan IMF kredit macet ini harus segera diseret ke pengadilan, perhatian international semua akan tertuju kepada mereka. Oleh karena itu diterapkan taktik tarik-ulur sambil menunggu mereka dapat menyelesaikan kredit macetnya. Kredit macet dapat diatasi kalau mereka dapat menemukan sumber uang yang cukup besar. Dengan sedikit pengetahuan soal moneter, sumber uang segera ditemukan melalui krisis moneter yang menimbulkan
fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap US$ yang cukup besar.

Kalau kita menutup dolar pada saat kursnya turun, dan melepas kembali pada saat kurs naik otomatis kita akan mendapat keuntungan. Kalau ini dapat terjadi dalam 10 kali, dan setiap kali untung Rp.1.000,- per US$, maka dengan bermain US$ 100 juta saja kita akan mendapat keuntungan Rp.1 triliun. Makin besar modal yang dipakai akan makin besar dan makin cepat keuntungan yang didapat untuk menutup kredit macet. Hanya masalahnya kita tidak tahu
kapan dolar akan turun dan kapan akan naik, kecuali kita punya uang yang sangat besar seperti Soros sehingga mampu mempermainkan nilai tukar rupiah terhadap US$.

Orang yang mempunyai kemampuan seperti Soros di Indonesia rasanya tidak ada, tetapi lembaga yang mempunyai kemampuan seperti itu ada yaitu Bank Indonesia. Kalau Soros bertindak demikian disebut spekulasi yang tujuannya untuk kepentingan pribadi, kalau BI yang bertindak disebut intervensi meskipun mekanismenya sama karena BI bertindak demi
kepentingan bangsa dan negara Indonesia. Kalau anda mempunyai kekuasaan untuk mengatur BI, apa bedanya dengan Soros meskipun anda tidak punya uang? Anda bisa menyuruh anak-anak anda untuk membeli dan menjual dolar pada saat yang tepat.

Skenario ini harus dijalankan dengan hati-hati agar tidak menimbulkan kecurigaan pihak lain, sampai anak-anak anda cukup mendapat keuntungan untuk menutup kredit macetnya. Mengingat efek dari sekenario ini sangat berbahaya bagi perkeonomian Indoneisa, nilai tukar rupiah harus diatur tidak terlalu tinggi - kurang lebih dua kali harga yang wajar, oleh karena itu kurs rupiah terhadap dolar bertahan agak lama pada level Rp.6.000 - Rp.7.500 (akhir 1997
s/d awal 1998 - pen).

Selain itu agar semua skenario dapat berjalan lancar, perlu dicari kambing hitam yaitu warga keturunan China dengan segala sepak terjangnya di dunia business dan sudah terbukti cukup kuat memerankan kambing hitam dalam berbagai keperluan. Singapore dengan mayoritas penduduknya keturunan China, juga dapat dipakai untuk lebih menghitamkan kambing hitam yang ada (Singapore pernah dituding ikut mempermainkan rupiah - pen).

Hutang-hutang perusahaan swasta kepada pihak luar negeri, dipakai sebagai alat untuk menyebarkan isu bahwa kelangkaan dollar akibat diborong pihak swasta untuk membayar hutang-hutangnya yang jatuh tempo. Perusahaan swasta di mata orang awam adalah milik warga keturunan China, jadi yang memborong dolar tidak lain keturunan Cina. Fakta yang ada di mana banyak perusahaan milik warga keturunan China yang mendapat kredit dari negara lain, membuat orang awam makin terbuai.

Jika dilihat dari banyaknya perusahaan mungkin benar, tetapi dilihat dari jumlah uangnya tidak ada yang tahu yang mana sebenarnya yang lebih besar : jumlah seluruh hutang swasta non-pribumi atau hutang yang dibuat oleh group Cendana plus anak-anak pejabat lainnya. Dengan demikian pihak yang dapat mengatur naik turunnya nilai tukar rupiah terhadap
dolar bisa tidur nyenyak di atas tumpukan dolarnya sedang yang kena getahnya warga keturunan China. Supaya lebih dramatis, dicetuskan Gerakan Cinta Rupiah, di mana pelopornya (Tutut) langsung di-expose semua saluran TV dan dinobatkan sebagai pahlawan.

Bagi yang mengerti akuntansi dan management keuangan, isu hutang dolar yang jatuh tempo dianggap lelucon yang tidak lucu. Memangnya hutang dolar ke pihak luar negeri semuanya jatuh tempo pada tahun 1997 dan tahun sebelumnya tidak ada hutang dolar yang jatuh tempo? Kenapa tahun-tahun sebelumnya tidak ada masalah dan baru tahun 97-98 ini yang menimbulkan gejolak demikian hebatnya?

Pihak yang tidak sejalan berpendapat, krisis moneter di Indonesia sekarang ini akibat imbas dari krisis regional Asia Tenggara dan sekitarnya. Apakah benar demikian bobroknya perekonomian Indonesia? Thailand dan Filipina yang secara politis dan ekonomi tidak lebih baik dari Indonesia, depresiasi mata uangnya terhadap US$ mampu bertahan di bawah 50%, sedangkan Indonesia yang sebelumnya dipuji berbagai pihak memiliki fundamental ekonomi yang kuat mata uangnya jatuh sampai lebih dari 500% (Jan.1998 - pen). Tentu ada faktor X yang mengendalikan kejatuhan rupiah ini, tidak semata-mata masalah moneter atau ekonomi.

Lalu mengapa para kreditur di luar negeri secara serempak tidak bersedia melakukan rollover kreditnya. Tapi anehnya mengapa beberapa mega proyek tetap ngotot harus terus dijalankan, bahkan dalam keadaan krisis yang demikian parahnya masih ada pihak asing yang bersedia membangun mega-proyek baru kilang minyak dan listrik swasta bekerja sama dengan anak presiden, meskipun akhirnya proyek yang dimaksud ditangguhkan. IPTN yang produknya
hanya laku ditukar ketan, tetap ngotot untuk meneruskan proyek N-2130 nya.


CHINA DAN GLOBALISASI.
Ide globalisasi dicetuskan pihak barat, yang pada dasarnya mencari market yang luas untuk memasarkan produk mereka. Biaya produksi yang tinggi di negara barat, menyebabkan mereka tidak dapat bersaing dengan produk dari Asia dan negara berkembang lainnya. Peluang yang masih terbuka hanya produk yang berlandaskan hi-tech, tetapi biaya research dari produk hi-tech sangat tinggi. Untuk mengatasinya maka produk hi-tech yang dibuat harus secepat mungkin dipasarkan seluas-luasnya agar dapat menutup biaya research, sebelum ditiru oleh negara berkembang. Dengan globalisasi, maka semua negara anggota harus membuka pintu
lebar-lebar yang berarti market bagi mereka.

Dengan globalisasi mereka dapat menginvestasikan modalnya di negara manapun, dan sekaligus merupakan relokasi industri dari negara maju yang biaya produksinya sangat mahal ke negara berkembang. Di antara negara-negara berkembang yang sangat potensial menjadi negara industri adalah Indonesia, yang memiliki kekayaan alam dan sumber bahan baku yang cukup. Daerah yang sangat luas merupakan nilai tambah bagi perkembangan industri di masa yang
akan datang, dan jumlah penduduk yang 200 juta merupakan pasar yang sangat potensial.

Krisis moneter di kawasan Asean dan sekitarnya, telah membuka mata mereka (atau mungkin juga diatur oleh mereka) bahwa apabila kurs rupiah terhadap US$ sangat tinggi, maka modal yang mereka perlukan untuk membuka industri di Indonesia menjadi relatif murah. Tapi kalau industri yang dimaksud harus dibangun dari awal, membutuhkan waktu lama untuk membangunnya dan sangat merepotkan. Akan lebih praktis kalau dapat membeli perusahaan di Indonesia yang sudah berjalan.

Rencana ini tampak jelas dari syarat-syarat yang diajukan IMF yang seolah-olah ingin mengikat erat sekujur tubuh kita. IMF hanya sebuah lembaga, sedang yang mengelola lembaga tersebut mayoritas orang barat dengan Amerika sebagai pemimpinnya. Jadi tidak heran kalau syarat yang diajukan IMF cenderung membuka jalan bagi rencana expansi mereka ke Asia khususnya
Indonesia, di mana dengan modal minimum mereka akan mendapatkan hasil yang maksimum. Inilah salah satu sebab kenapa negosiasi penjadwalan kembali utang luar negeri demikian alot.

Krisis moneter yang dimanfaatkan pihak tertentu untuk menutup kredit macetnya yang sangat besar, dimanfaatkan pula oleh pihak barat untuk memaksa Indonesia membuka peluang masuknya investor asing dengan meng-konversikan piutang mereka yang membengkak akibat kenaikan kurs, dengan penyertaan modal pada perusahaan di mana mereka memberikan piutang. Tahap pertama yang paling solid adalah dalam busines perbankan, dari sini selanjutnya dapat dikontrol arus uang dan kemudian dikembangkan lebih lanjut ke bidang usaha lainnya.

Karena ekonomi Indonesia mayoritas dikuasai oleh warga keturunan China, maka strategi yang paling sederhana adalah membuat mereka takut atau memojokkan mereka sedemikian rupa agar tidak mempunyai pilihan lain, sehingga dengan segera mereka mengobral perusahaan miliknya. Dari bawah mereka memanfaatkan kalangan extrimis tertentu yang anti China untuk menimbulkan keresahan dan ketakutan. Dari atas mereka menekan pemerintah yang dasarnya sudah diskriminatif dengan berbagai syarat yang arahnya untuk mempersempit ruang
gerak warga keturunan China, yang sebagian memang kredit luar negerinya sudah jatuh tempo atau terlibat kredit macet di dalam negeri.

Ini tidak lain adalah kolonialisme bentuk baru. Mereka tidak perlu menyediakan pasukan seperti jaman VOC untuk mengamankan investasinya, cukup mengadakan pendekatan-pendekatan kepada pihak-pihak yang dapat memberikan perlindungan total dengan sedikit komisi. Peralatan militer yang mayoritas berasal dari negara barat, merupakan alat ampuh untuk menekan pihak militer mengikuti kemauan mereka. Apalah artinya pesawat F15, Mirage, dan sejenisnya kalau spareparts nya tidak tersedia.

Kalau Indonesia dapat dikuasai, tinggal selangkah lagi bagi Amerika untuk memindahkan pangkalan angkatan laut dan angkatan udara yang semula di Filipina ke salah satu pulau kecil di Indonesia. Dilhat dari strategi kemiliteran, pulau kecil di Indonesia lebih strategis dan lebih exclusive dari pada pangkalan Subic di Filipina dan lebih dekat ke sasaran "musuh baru" Amerika di sebelah utara Indonesia (RRC).

Pangkalan khusus untuk perawatan dan perbaikan kapal di Singapore ditinjau dari segi militer kurang strategis dan cukup riskan serta mahal. (Kedatangan mantan Wapres Amerika, Wolter Mondale ke Jakarta pertengahan 98 pernah diisukan untuk menyewa salah satu pulau di Indonesia, dan sekaligus untuk membantu mengatasi krisis ekonomi - pen).


Diposting pada 30 November 1999

Bersambung ke bagian 4.